AWAS!!!…FONT ITU BISA ‘BUNYI’ dan PUNYA ‘KARAKTER’!

Ariasdi o2 2008

Pagi itu suasana sekolah sudah sunyi. Waktu menunjukkan pukul 07.53 WIB pada telepon genggam yang selalu menemani kemana saya pergi. Hal itu saya ketahui karena baru saja pesan singkat masuk dan menggetarkan kulit dada sebelah kiri, tepat di kantong baju, tempat biasa saya memarkir benda mungil itu dan kebetulan saya sempat melihat jam digital-nya. Berarti siswa-siswi kesayanganku sudah pada masuk dan belajar di bawah pengawasan guru masing-masing.

Itulah rutinitas mereka, dari hari ke hari, mulai dari usia tahun ke tujuh, atau lebih awal lagi.

Giliran saya untuk masuk kelas ada pada jam ke tiga, tepat pukul 09.00 WIB. Dengan demikian saya memiliki kesempatan untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Namun perhatian saya lebih tertarik pada ‘Bapak Jufri (nama sebenarnya)’, guru mata pelajaran Kimia kelas XI. Beliau sedang asik dengan komputer yang memang sengaja diletakkan di salah satu pojok ruang majelis guru. Posisi komputer yang menempel ke dinding menyebabkan Pak Jufri duduk membelakangi saya. Saya hampiri beliau tanpa suara, agar tidak mengganggu konsentrasinya. Beliau baru menyadari kehadiran saya, setelah kursi plastiknya bergoyang akibat saya sentuh. Beliau memandangi saya sejenak sambil tersenyum dan kembali memandangi layar monitor. Untuk ke dua kalinya, beliau kembali memandangi saya dan senyum itu semakin lebar. Sepertinya beliau ingin penilaian spontan dari saya tentang apa yang baru saja dibuatnya. Tentu saja saya harus lebih teliti lagi mempelototi monitor, menyelidiki apa yang sedang dibuatnya., sebelum menjatuhkan penilaian.

Anda juga penasaran apa yang sedang dibuat Pak Jufri?

Inilah yang dibuatnya:

022308-1318-awasfontit1.jpg

Dari tayangan di atas dapat kita tebak, Pak Jufri sedang merancang media presentasi pembelajaran. Karena hari masih pagi, mungkin hanya cover itu yang baru tuntas digarapnya.Seperti biasa, saya paling tidak mempunyai perbendaharaan kata-kata untuk memberikan penilaian secara spontan. Apalagi jika menyangkut taste, selera, suka dan tidak suka. Lebih apalagi untuk Pak Jufri yang sudah berjuang sedari tadi untuk menentukan dan mengeksekusi tampilan di atas. Mas Agung EBW, pakar desain komunikasi visual ITB bilang, ‘bagus, cantik dan menarik itu relatif. Tapi kalau jelek, itu mutlak!’. Sungguh teganya…teganya…teganya….

Secara sepintas karya Pak Jufri tidak ditemui kejanggalan atau permasalahan. Bahkan terkesan profesional. Untuk itu, mari kita lihat ilustrasi-ilustrasi berikut. Sebagai batasan masalah, kali ini yang kita ‘teropong’ adalah segi tampilan font (huruf).

A.  Karakteristik Font/Huruf

022308-1318-awasfontit2.jpg

Lima pucuk ‘kartu kasmaran’ di atas ditujukan buat Sang Saskia, dambaan hati. Kartu tersebut akan dilayangkan. Yang jadi pertanyaan, ‘kartu manakah yang lebih tajam memanah jantung hati Saskia?’ Tanpa polling sms-pun, kartu 5 relatif bagus dibandingkan dengan yang lain. Terlepas dari gambar dan warna, pemilihan jenis huruf terkesan lebih feminine dan cewek banget. Kartu 3 lumayan bagus, walau masih terkesan ‘kaku’  karena pengaruh salah satu anatomi hurufnya ada yang terdiri dari garis lurus. Hal ini menyebabkannya kurang ‘melambai’ dan ‘merayu’. Kartu 2 terkesan ‘macho’ dan ‘memaksa’ karena di samping tanda seru, penyusunan huruf dibuat ‘menanjak’. Kartu 1 tidak usah dibahas. ‘Mutlak jelek’. Bener kan Saskia?

Dari ilustrasi di atas, mudah-mudahan kita semua sudah dapat membedarasakan karakteristik font yang terinstall di komputer kita masing-masing.

Coba rasakan bedanya:

frame_3.jpg

 

Mulai sekarang, renungkanlah sejenak sebelum memutuskan jenis font yang sesuai dengan karakteristik media pembelajaran yang Anda buat, bukan karena unsur ‘saya suka ini dan tidak suka itu’. Lepaskan ego Anda, karena media tersebut Anda buat bukan untuk dinikmati sendiri.

 Saya tidak ingin mempengaruhi pilihan Anda. Silahkan Anda tetapkan font yang sesuai dengan karakteristik judul salah satu kompetensi dasar yang terdapat pada mata pelajaran Geografi di bawah ini, dan cari ‘alasan’ yang masuk akal, mengapa Anda memilih yang ‘itu’.

Atau Anda mempunyai imajinasi sendiri? Silahkan cek kembali seluruh perbendaharaan font yang ada di directory Anda.

frame_4.jpg

B.  Semiotika Font/Huruf

Perkembangan bentuk huruf sejalan dengan berkembangnya sejarah peradaban manusia. Huruf atau tulisan merupakan ‘goresan fosil’ masa lalu, kini dan masa yang akan datang.  Kalau tidak percaya, silahkan Anda buka rak buku Anda dan cari buku tulis yang Anda pakai tempo doeloe. Tanpa disadari, Anda telah meninggalkan fosil Anda di buku tersebut. Tulisan/goresan itu adalah ‘Anda’, sampai kapanpun! 

Siapa bilang bangsa Mesir Kuno dan Maya telah punah? Coba Anda perhatikan tulisan/goresan/font di bawah ini. Mereka mengabadikan dirinya, hingga hari ini! Mereka ‘ada’ hingga detik ini. Jenis font/huruf  yang mereka buat disesuaikan dengan pengetahuan dan ‘kesepakatan’ pada saat itu.

frame_5.jpg

frame_7.jpg

frame_10.jpg

Sampai saat sekarang, yang masih beredar secara mayoritas di seluruh penjuru dunia adalah font made in Romawi dan Arab. Untuk abjad, dari A hingga Z kita pakai tipe Romawi, sementara untuk ‘angka’ dari 0 hingga 9 adalah hasil stilirisasi/pengembangan bentuk dari angka Arab. Walaupun demikian, dari gaya penulisannya dapat kita kelompokkan secara global menurut kurun waktu dan bangsa yang mempergunakannya.

Apa yang terbayang bagi Anda jika memperhatikan jenis huruf yang ditampilkan di bawah ini? Hal ini tentu tidak dirasakan dan tidak dapat ditebak bagi mereka yang belum pernah menonton film western hollywood.

 

frame_11.jpg

Atau tipe huruf di bawah ini.

frame_12.jpg

Dari ilustrasi di atas ternyata jenis huruf sekaligus dapat dijadikan barcode, penanda kurun waktu pembuatan dan menentukan karakteristik bangsa pada saat itu. Bagaimana dengan era sekarang? Dengan teknologi yang mengandalkan digitalisasi di semua lini, jenis huruf-pun turut menyesuaikan diri. Perkembangan seni, termasuk seni anatomi huruf seperti terbawa arus Pop-Art, Machine-Art, Computer-Art, Light-Art dan Art-Art yang lainnya (terserah apa nama istilahnya menurut mereka). Pada saat sekarang, para perancang lebih menyukai nilai fungsi daripada hanya sebatas nilai dekoratif (lipstick) semata. Karena itulah, jika kita lebih teliti lagi melihat perkembangan di sekitar kita, maka tipe font yang di bawah ini sering Anda jumpai untuk menunjukkan era digitalisasi tersebut.

frame_13.jpg

 

frame_14.jpg

   C.        Manis, Asam, Asin,  Pada Multimedia Pembelajaran

Salah satu permen mengiklankan diri di media masa dengan jingle ‘…….manis, asam, asin, …rame rasanya…’. Mudah-mudahan Anda pernah mendengarnya. Esensi dari lagu itu dapat kita ambil sebagai ilustrasi bagi media yang memasukkan secara ‘brutal’ dan ‘membabi buta’ seluruh karakter font yang dirasanya bagus untuk dipaksamuatkan dalam satu frame. Rame rasanya…

Bagi perancang pemula memang memilih, menukar dan memasukkan jenis font ke dalam presentasinya merupakan suatu kepuasan tersendiri. Dengan teknologi, hanya dengan satu klikkan mouse, karakter huruf langsung berubah. Perlu diingat, jenis font yang terinstall di komputer kita telah dirancang oleh pakar di bidangnya sebelum disebar ke mana-mana. Oleh karena itu, setiap tampilan huruf memiliki pesona tersendiri. Hal inilah yang menyebabkan seringnya kita terjebak untuk memilih (kalau dapat) semua jenis font yang ada untuk ‘dimainkan’ sebagai starter (emangnya liga Indonesia) pada multimedia yang kita rancang.

Untuk kasus yang satu ini, mari kita kembali melihat hasil karya Pak Jufri di atas. Masing-masing baris kalimat memiliki jenis font tersendiri. Masing-masing jenis font seperti mengeluarkan aura godaannya. Kan bagus?’ celetuk Pak Jufri ketika saya mencoba memberi masukkan. Nah, itulah yang dikatakan ‘relatif’ sifatnya penilaian kita tentang ‘bagus dan tidak bagus’.  Saya terdiam. Namun jingle itu seperti mengiang di telinga saya. Rame rasanya…

Sebagai perbandingan, coba kita lihat alternatif gambar di bawah ini.

frame_15.jpg

D. Penutup

Pernahkah Anda mengalami rancangan multimedia yang sudah susah payah Anda rancang tiba-tiba berantakan ‘gak karu-karuan lantaran font-nya berubah total ketika dibuka di komputer lain? Berarti  jenis font yang ada pada rancangan awal multimedia Anda tidak tersedia di komputer tersebut. Kalau cuma satu slide yang perlu diubah tidak terlalu menimbulkan masalah. Celakanya, multimedia Anda sudah terdiri dari belasan slide dan sudah dibumbuhi animasi, lagi. Dan itupun mau dipresentasikan. 

Ada beberapa solusi untuk mengatasi hal tersebut di atas. Pertama, cara ‘aman’ dan tidak mengandung ‘resiko’. Ketika mendesain multimedia, pilihlah font yang secara otomatis telah terinstall ke dalam komputer. Dengan demikian font multimedia Anda akan selamat dari perubahan secara mendadak ketika ganti komputer. Arial dan Times New Roman misalnya, adalah font yang selalu stand-by di setiap PC. Namun tampilan multimedia Anda tidak terlihat unik dari segi bangunan huruf, karena Anda mempergunakan ‘font sejuta umat’. TOP (tiap orang pake’).

Solusi ke dua kita namakan saja ‘buat jaga-jaga’. Untuk itu, ke dalam flash-disk tempat Anda menenteng ke sana kemari karya Anda, sebaiknya disertai folder seluruh jenis font yang Anda pergunakan. Install-kan terlebih dahulu seluruh jenis font tersebut ke dalam komputer yang akan Anda pergunakan sebelum multimedia Anda dibuka untuk dipresentasikan atau malah ingin Anda edit kembali. Ini mungkin yang lebih comfortable.

Jalan keluar ke tiga tidak perlu dipublikasikan di sini, karena terlalu kontroversial. Dari namanya saja sudah mengerikan dan mengandung banyak resiko ; ‘strike anywhere ‘n anytime’. Siap tempur di mana dan kapan saja. (Lho, kok?…) . Ia, karena jika Anda sudah mencoba memulai sebuah kerja yang dinamakan ‘desain’, berarti anda telah ‘menjerumuskan’ diri ke ‘samudera kerja’ yang tidak kunjung selesai. Ada saja yang kurang (baru) dan yang perlu diperbaharui. Dan ini memerlukan anugerah Illahi yang dinamai Ilham, atau ide, atau lebih ‘keren’-nya, ‘mood’. Kalau lagi ‘mood’, langsung tancap gas di mana dan kapanpun, karena ide itu seperti gumpalan awan yang diterbangi angin. Anda dipayungi hanya sejenak. Setelah itu Anda akan ditinggalkannya dan kembali terik mentari menerpa Anda. Untuk itu, nikmati dan manfaatkan waktu yang sesaat itu, atau Anda akan menunggu kembali awan-awan yang lain, yang mungkin lewatnya bukan di atas kepala Anda! Untuk itu Anda harus menenteng notebook (kalau laptop terkesan ‘Tukul’ista banget dan ‘ndeso) kemana dan kapan saja, agar kerjaan Anda bisa digarap kapan dan dimanapun.

frame_16.jpg

 Nah, kan? Pasti mengandung resiko dan kontroversial banget. Untung jalan keluar ke tiga ini tidak saya kasih tahu di forum ini. 

Wassalam, Selamat Berkarya… dan enjoy selalu… 

Rujukan: Desain Komunikasi Visual untuk Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (makalah); Agung ebw, 2005. Microsoft Encarta Ensiclopedia 2006. Tinjauan Desain (catatan kuliah); Agus Sachari,1988. http://www.themes.ru.

  —ooOoo—

9 komentar di “AWAS!!!…FONT ITU BISA ‘BUNYI’ dan PUNYA ‘KARAKTER’!

  1. jujur saja, saya ini juga pemerhati masalah font. Kebetulan saya ini juga seorang developer pak. Font sangat saya berikan porsi lebih agar user yang menggunakan program aplikasi saya bisa berkerja secara nyaman, mata tidak cepat lelah.

    Biasanya font juga dibarengi dengan color atau warna. Ditunggu artikel tentang warnanya pak, atau barang kali sudah ada cuma saya kelewatan, ditunggu…

    salam,

    Eko Indriyawan

  2. justru laptop yang terkesan lebih modern pak…
    notebook dah ada sejak zaman komputer belum ada kan…? yang bergaris-garis itu lho…
    he…he….

    terima kasih artikelnya.
    salam.

Tinggalkan komentar